Istilah apresiasi berasal dari bahasa inggris "apresiation" yang berarti
penghargaan, penilaian. Bentuk itu berasal dari kata kerja " ti
appreciate" yang berarti menghargai, menilai,mengerti dalam bahasa indonesia
menjadi mengapresiasi.Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra
adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang
berbentuk puisi maupun prosa. Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta
sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, dan kepekaan perasaa
Menurut Panuti Sudjiman, 1984: kata
apresiasi puisi berasal dari kata “to appreciate“ yang artinya menilai
secara tepat, memahami dan menikmati. Apresiasi sastra ialah kegiatan
penghargaan terhadap karya sastra yang didasarkan atas pemahaman. Dalam Kamus
Istilah Sastra terdapat pengertian apresiasi sastra yaitu penghargaan atas
karya sastra sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan dan
peningkatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra tersebut.
Apresiasi sastra dapat diartikan sebagai pengenalan dan
pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra yang dapat menimbulkan kegairahan
terhadap sastra itu, serta menciptakan kenikmatan yang timbul sebagai akibat
semua itu. Dalam mengapresiasi sastra, seseorang akan mengalami sebagian
kehidupan yang dialami pengarangnya, yang tertuang dalam karya ciptanya. Hal
ini dapat terjadi karena adanya day empati yang memungkinkan pembaca terbawa ke
dalam suasana dan gerak hati dalam karya itu. Kemampuan menghayati pengalaman
pengarang yang dituliskan dalam karyanya dapat menimbulkan rasa nikmat pada
pembaca. Kenikmatan itu timbul karena pembaca (1) merasa mampu memahami
pengalaman orang lain; (2) merasa pengalamannya bertambah sehingga dapat
menghadapai kehidupan dengan yang lebih baik; (3) merasa kagum akan kemampuan
sastrawan dalam memberikan, memadukan, dan memperjelas makna terhadap
pengalaman yang diolahnya; dan (4) mampu menemukan nilai-nilai estetik dalam
karya itu.
Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh
hingga tumbuh pengertian, pengghargaan, kepekaan, pikiran kritis, dan kepekaan
perasaan yang baik terhadap cipta sastra.( Effendi, hal : 6). Apresiasi puisi adalah menyebut rangkaian
huruf-huruf yang tertulis dalam sajak, tetapi dasar itu, kita menempatkan diri
sebagai pencipta puisi itu.(Aftarudin pesu,1984. Pengantar Apresiasi Puisi).
Apresiasi dapat diartikan usaha pengenalan suatu nilai
terhadap nilai yang lebih tinggi. Apresiasi itu merupakan tanggapan seseorang
yang sudah matang an sedang berkembang ke arah penghayatan nilai yang lebih
tinggi sehingga ia mampu melihat dan mengenal nilai dengan tepat dan
menanggapinya dengan hangat dan simpatik. Seseorang yang telah memiliki
apresiasi tidak sekedar yakin bahwa sesuatu yang dikehendaki menurut
perhitungan akalnya, tetapi menghasratkan sesuatu itu-itu benar-benar
berdasarkan jawaban sikap yang penuh kegairahan untuk memilikinya.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita mendengar
istilah apresiasi. Barangkali dalam benak kita muncul pertanyaan: apa itu
apresiasi? Istilah apresiasi muncul dari kata appreciate (Ing), yang berarti
menghargai. Sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa apresiasi sastra
adalah kegiatan untuk menghargai sastra. Namun, dalam perkembangan berikutnya
pengertian apresiasi sastra semakin luas. Banyak tokoh mencoba memberikan
batasan tentang apresiasi sastra. S. Effendi memberikan batasan bahwa apresiasi
sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga
tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pada cipta sastra tersebut. Sedangkan
tokoh lain , Yus Rusyana mendefinisikan apresiasi sastra sebagai pengenalan dan
pemahaman yang tepat terhadap nilai karya satra, dan kegairahan serta
kenikmatan yang timbul sebagai akibat dari semua itu.
Dua batasan yang dikemukakan oleh dua tokoh di atas pada prinsipnya tidak saling bertentangan, tetapi justru saling melengkapi. Perbedaan yang tampak hanyalah terletak pada penggunaan istilah saja.
Dua batasan yang dikemukakan oleh dua tokoh di atas pada prinsipnya tidak saling bertentangan, tetapi justru saling melengkapi. Perbedaan yang tampak hanyalah terletak pada penggunaan istilah saja.
Tarigan (1984: 233) mengatakan bahwa apresiasi sastra
adalah penafsiran kualitas karya sastra pemberian nilai yang wajar kepadanya
berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar serta kritis.
S. Effendi memberikan
batasan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan
sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pada cipta
sastra tersebut. Sedangkan tokoh lain,
Yus Rusyana mendefinisikan apresiasi sastra sebagai pengenalan dan pemahaman
yang tepat terhadap nilai karya satra, dan kegairahan serta kenikmatan yang
timbul sebagai akibat dari semua itu.
Dua batasan yang dikemukakan oleh dua tokoh di atas pada prinsipnya tidak saling bertentangan, tetapi justru saling melengkapi. Perbedaan yang tampak hanyalah terletak pada penggunaan istilah saja. Lepas dari perbedaan istilah yang dipakai oleh dua tokoh tersebut, pada intinya kegiatan apresiasi sastra didasari oleh pengertian bahwa karya sastra itu indah dan bermanfaat (dulce et utile). Dengan kata lain, di dalam karya sastra terkandung nilai-nilai hidup. Untuk itu, apresiasi sastra bertujuan mengasah sikap peka terhadap persoalan hidup, mempertebal nilai moral dan nilai estetis dalam diri . Untuk dapat memahami dan memperoleh nilai-nilai dalam karya sastra, tidak ada cara lain kecuali membaca, bergaul, dan mengakrabi karya sastra itu sendiri.
Dua batasan yang dikemukakan oleh dua tokoh di atas pada prinsipnya tidak saling bertentangan, tetapi justru saling melengkapi. Perbedaan yang tampak hanyalah terletak pada penggunaan istilah saja. Lepas dari perbedaan istilah yang dipakai oleh dua tokoh tersebut, pada intinya kegiatan apresiasi sastra didasari oleh pengertian bahwa karya sastra itu indah dan bermanfaat (dulce et utile). Dengan kata lain, di dalam karya sastra terkandung nilai-nilai hidup. Untuk itu, apresiasi sastra bertujuan mengasah sikap peka terhadap persoalan hidup, mempertebal nilai moral dan nilai estetis dalam diri . Untuk dapat memahami dan memperoleh nilai-nilai dalam karya sastra, tidak ada cara lain kecuali membaca, bergaul, dan mengakrabi karya sastra itu sendiri.
Istilah apresiasi
berasal dari bahasa Latin apreciatio yang
berarti mengindahkan atau menghargai. Menurut Gove istilah apresiasi mengandung
makna (1) pengenalen melalui perasaan atau kepekaan batin dan (2) pemahaman dan
pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Squeire
dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga
unsur inti, yakni (1) aspek kognitif, (2) aspek emostif, dan (3) aspek
evaluatif.
Apresiasi sastra melelui pendekatan
parafratis adalah strategi pemahaman kandungan makna dalam suatu cipta sastra
dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan
menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat
yang digunakan pengarangnya.
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra,
Bandung. Sinar Baru
Apakah apresiasi
sastra? Dalam buku Apresiasi Sastra (Adyana
Sunanda), Apresiasi sastra akan lebih mudah dipahami daripada sebuah definisi.
Artinya kita perlu cara lain untuk memahaminya.
Kita perhatikan lebih dulu bagaimana perilaku anak kecil
yang sedang belajar bebicara, yang sedang asyik bercakap dengan boneka, atau
sedang sibuk memondarmandirkan mobil-mobilan dengan meniru-nirukan derum suara
mobil yang pernah didengarnya. Mengapa? Perilaku anak kecil itu mirip dengan
perilaku yang biasanya diperlihatkan cipta sastra (karya sastra): tidak
berpura-pura, tetapi sewajarnya; tidak sembunyi-sembunyi, tetapi terus terang;
tidak bermuka dua, tetapi jujur; tidak diam, tetapi aktif menciptakan hal-hal
yang baru dengan sungguh-sungguh dan penuh fantasi.
Mari kita amati gerak-gerak dan bibirnya ketika ia
bicara. Cukup manis, bukan? Dari kemanisan gerak-gerak itulah biasanya
terlontar ucapan-ucapan baru, kata-kata baru atau kalimat-kalimat baru, yang
tidak biasa keluar dari mulut orang biasa. Semua itu diciptakannya dengan
sungguh-sungguh dan tanpa dibuat-buat, sehingga terdengar hidup dan menarik.
Kita tidak akan merasa jemu mendengarnya. Sebaliknya kita akan merasa senang.
Kita perhatikan perilaku anak kecil itu dengan
bonekanya. Cukup menarik, bukan? Ia menidurkan, membelai, dan mengusap boneka,
laksana seorang ibu terhadap anaknya. Ia membujuk atau menanya, seakan boneka
itu bisa berbicara. Ia pula yang menjawab, seakan ia boneka itu sendiri. Semua
itu dilakukannya dengan sungguh-sungguh, tanpa pura-pura dan penuh fantasi
sehingga hidup dan memikat hati pula. Kita akan merasa senang melihat perilaku
anak kecil itu.
Bagaimana pula dengan mobil-mobilan itu? Perhatikan
baik-baik gerak tangan, mulut, bibir, atau mimik wajahnya. Amatilah tiruan
suara mobil yamg terlontar dari mulutnya. Tiruan suara itu kadang-kadang mirip
benar dengan suara sesungguhnya. Semua itu dilakukan dengan sungguh-sungguh,
penuh fantasi, tanpa berpura-pura, tetapi sewajarnya, sehingga terlihat dan
terdengar hidup dan menarik hati.
Jika apa yang dilakukan dan diucapkannya dengan
sungguh-sungguh, terus-terang, jujur, wajar, dan penuh fantasi itu sering kita
perhatikan dengan kesungguhan penglihatan dan pendengaran, maka kita akan
memahami dan mengerti baik-baik perilaku anak kecil itu. Pengertian yang baik
inilah yang menyebabkan kita akan dapat menghargai sebaik-baiknya pula perilaku
anak kecil itu. Artinya kita menghargainya dengan penuh kesadaran dan
perasaan-perasaan yang mulia. Dengan kata lain, kita dapat mengapresiasi
perilaku anak kecil itu.
Pengertian apresiasi terhadap cipta sastra mirip benar
dengan pengertian apresiasi terhadap perilaku anak kecil itu. Cipta sastra sajak, cerita, atau drama adalah
perwujudan pengalaman-pengalaman sastrawan atau pujangga yang diungkapkan
dengan jujur, terus-terang, sungguh-sungguh, dan penuh imajinasi (daya bayang)
dengan bahasa yang khas pula. Kejujuran, keterus-terangan, kesungguhan,
kekayaan imajinasi, dan bahasa yang khas itulah yang menyebabkan
pengalaman-pengalaman yang diungkapkan menjadi hidup dan memikat hati.
Dari penjelasan diatas dapat dirumuskan bahwa Apresiasi
Sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga
tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan
yang baik terhadap cipta sastra.
Dalam Aftarudin Pesu (1984) “Pengantar Apresiasi Puisi”,
Apresiasi puisi adalah menyebut rangkaian huruf-huruf yang tertulis dalam
sajak, tetapi lebih dari itu kita menempatkan diri sebagai pencipta puisi itu.
Dalam Efendi, Apresiasi Sastra adalah membaca beragam
cipta sastra sebanyak-banyaknya, mempelajari teori sastra sebanyak-banyaknya,
mempelajari esai dan kritik sastra sebanyak-banyaknya, mempelajari sejarah
sastra sebanyak-banyaknya.
Dalam Aminuddin, Apresiasi sastra adalah kegiatan
membaca atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara
langsung.
Sunanda, Adyana. 2010. “Bahan Ajar
Apresiasi Sastra”. Surakarta
Apresiasi sastra adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya
sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa.
Dari beberapa pengertian di atas secara otomatis penulis
akan menulis suatu karya sastra sesuai dengan apa yang di pikirkan dan
berhubungan dengan keadaan saat ini. Apresiasi sastra tidak hanya pengenalan,
penghayatan, penilaian, pemahaman terhadapkarya sastra tetapi agar pembaca
berfikir sama dengan penulis kemudian mendukung pesan penulis. Seorang penulis
tidak mungkin membuat karya sastra tanpa tujuan dan pesan, Hal ini terbukti
dengan adanya penggolongan karya sastra. Contoh
- Angkatan 1945, bertujuan meningkatkan patriotism.
- Angkatan 1965 bertujuan memprofokasi, membenci komunis dan seorang presiden yang seolah-olah adalah raja.
- Orde baru bertujuan membenci system dwi fungsi ABRI
- Modern bertujuan membangkitkan jiwa social, rasa cinta dan menyindir tentang kebodohan-kebodohan masyarakat.
Apresiasi Sastra adalah penimbangan,
penilaian, pengalaman, pengenalan secara memadahi atau dapat diartikan sebagai
menimbang nilai dengan tepat akan suatu mengerti dan menikmatinya. (Harnaby
dalam Hadeak, 1989; 44).
Sikap apresiasi adalah bentuk tingkah laku yang didasari kemampuan
apresiasi yang subjektif, obyektif. (Apresiasi sastra Gayo murid SMTA Kab. Aceh
Tengah Dr. A)
Menurut S.
Effendi, Apresiasi Sastra adalah Kegiatan menggauli
karya sastra secaras ungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
karya sastra
Apresiasi puisi atau apresiasi sastra pada umumnya
merupakan salah satu bentuk penghargaan terhadap karya sastra (puisi). Sebagai
penghargaan, maka langkah pertama yang mesti dilakukan adalah pembacaan teks
sastra (puisi) itu sendiri. Jika apresiasi dilaku-kan dengan cara pembacaan
penggalan-penggalan teks, maka itu bukanlah apresiasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar