Sabtu, 21 April 2012

Sinopsis Drama Malam Terakhir


Menceritakan tentang kisah pertemuan seorang Nenek tua dengan seorang penyair. Pertemuan itu terjadi di sebuah taman. Di taman itu lah terjadi beberapa peristiwa yang melingkupi pertemuan antara nenek tua dengan penyair tersebut. Tidak hanya itu, dari pertemuan itu menumbuhkan benih-benih cinta di hati penyair terhadap Nenek tua itu. Meskipun begitu Nenek tua tidak pernah menggubris perasaan penyair.
Di taman itu terjadi percakapan antara Nenek tua dengan penyair mengenai bangku-bangku yang ada di taman tersebut. Penyair mempermasalahkannya karena dia merasa perlu untuk menyampaikan apa yang dirasakan oleh bangku-bangku di taman tersebut. Dia mengatakan bahwa dengan adanya Nenek tua di situ membuat suasana taman menjadi dingin seperti kuburan. Bahkan dua pasangan kekasih yang ada di taman segera pergi ketika Nenek tua datang. Inilah yang menyebabkan kejengkelan dalam diri penyair dan dia berusaha mengungkapkannya.
Di mulai dari percakapan ini lah kemudian mengalirlah percakapan mereka selanjutnya. Karena merasa sudah mengenal lama maka penyair pun menanyakan siapa nama Nenek itu karena selama percakapan mereka tidak pernah mengenalkan namanya satu sama lain. Nenek menyebutkan namanya adalah Gendis. Kemudian mengalirlah cerita dari mulut si Nenek tentang masa lalunya. Dia menceritakan bahwa umurnya adalah 99 tahun. Dulunya (80 tahun yang lalu, jadi berumur 19 tahun) dia adalah seorang gadis cantik yang ditaksir seorang Jenderal bernama Sarjono. Dan dia juga menceritakan kepada sang penyair bahwa setiap laki-laki yang menyukainya pasti akan mati.
Namun, karena itulah penyair mulai menaruh rasa suka pada Nenek tua. Dan dia mencoba untuk mengungkapkannya. Tetapi oleh Nenek tua di larang dan mencoba mengingatkannya kembali bahwa setiap laki-laki yang menyukainya pasti akan mati. Selain itu, Nenek tua juga memperingatkan atau lebih tepatnya menasehati agar dia jangan terlalu banyak minum karena dia masih muda.
Di tengah percakapan antara keduanya kemudian datanglah sepasang kekasih yang lain lagi. Di taman itu mereka bertengkar hanya karena si laki-laki tiba-tiba teringat akan ayam-ayamnya yang ada di rumah. Tentu saja itu membuat si perempuan marah dan memutuskan hubungannya dengan dengan sang kekasih. Ini merupakan kisah-kisah di malam itu yang terjadi di sekeliling Nenek tua dan penyair. Dengan kedatangan sepasang kekasih tersebut kembali memunculkan kekesalan penyair terhadap Nenek tua. Lagi  dan lagi dengan kehadiran Nenek tua di taman itu membuat suasana menjadi sepi, tetapi justru berbeda pendapat dari Nenek tua dia mengatakan bahwa wajah-wajah pasangan-pasangan kekasih yang berada di taman itu pucat seperti mayat. Namun, penyair tidak setuju akan pendapat itu, justru Nenek tua itulah yang terlihat seperti mayat.
Sementara itu setelah kepergian sepasang kekasih itu terjadi sedikit keributan di taman itu, yaitu antara tiga orang laki-laki dan tiga orang perempuan. Keributan disebabkan karena mereka iri terhadap gendis. Terutama adalah tiga orang perempuan, mereka begitu iri dengan keberadaan Gendis. Tentu saja mereka iri karena meskipun sudah tua Gendis masih saja menarik perhatian para lelaki. Dan ketiga lelaki itu pun mengamininya. Mereka beradu argumen mengenai Gendis. Apakah mereka masih mempunyai kesempatan untuk mendapatkan Gendis. Namun pada intinya mereka tetap iri akan keberadaan Gendis.
Setelah kejadian itu mereka kembali pada percakapan-percakapan ringan. Nenek itu kembali menceritakan dirinya hingga membuat penyair semakin menyukai Nenek tua itu. Kemudian penyair mulai tidak bisa menahan perasaannya terhadap Nenek tua, diia kemudian mengajaknya berdansa. Namun hanya sebentar saja mereka melakukannya, Nenek tua kembali sadar dan mengingatkan penyair bahwa setiap laki-laki yang menyukainya pasti akan meninggal dan dia mengatakan bahwa di mukanya sudah tercoreng tanda kematian itu. Penyair tetap saja ingin mengatakan isi hatinya kepada Nenek tua. Karena dia merasa ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mengatakan perasaannya kepada Nenek tua. Dia tahu itu karena pada saat itu dia sedang mengalami sakit yang luar biasa akibat minumnya yang terlalu banyak dan dia tahu sakit itulah yang akan mengantarkannya kepada kematian. Dan benar saja setelah dia mengungkapkan isi hatinya kepada sang Nenek dengan terbata-bata dia menghembuskan nafas terakhirnya di taman itu dan pada malam itu. Tentu saja sang Nenek tidak terkejut karena dia sudah tahu itu. Setelah mayat penyair itu disingkirkan oleh para polisi dari taman itu suasana taman kembali tenang seperti saat dia pertama kali ada di taman itu sebelum pertemuannya dengan sang penyair. Dan malam itu seperti tidak terjadi apa-apa di taman itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar