Jumat, 20 April 2012

Pengertian Klausa Inti dan Klausa Non-inti dan Klasifikasi Klausa dalam Teks Terjemahan Quran


A.    Pengertian Klausa Inti dan Klausa Non-inti
Klausa inti adalah klausa yang tidak diawali dengan konjungsi dan unsur-unsurnya sekurang-kurangnya terdiri atas S (subjek) dan P (predikat). Klausa inti secara potensial dapat berdiri sendiri. Klausa noninti adalah klausa yang diawali dengan konjungsi, klausa ini dalam terjemahan Quran tidak berdiri sendiri, walaupun ada kemungkinan jika konjungsi yang bersangkutan dihilangkan dapat berdiri sendri sebagai klausa yang berdiri sendiri sebagai kalimat.
B.     Klasifikasi Klausa dalam Teks Terjemahan Quran
1.      Klausa Inti
Klausa inti dalam terjemahan Quran berdasarkan urutannya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a)      Klausa yang berurutan biasa
Klausa ini merupakan klausa subjeknya terletak pada awal kalimat dan predikat di belakang subjek.  Klausa dalam terjemahan Quran yang termasuk klausa berurutan biasa sebagai berikut: (2:70) “Mereka berkata”
b)      Klausa berurutan inverse
Klausa  inverse adalah klausa yang prediikatnya di belakang subjek. Klausa pada terjemahan Quran yang temasuk klausa inverse sebagai berikut: (2:31-32) “Maha suci engkau”

2.      Klausa Non-inti
Klausa non-inti adalah klausa yang diawali dengan kata penghubung atau konjungsi. Klausa ini teridentifikasi dari bagian terjemahan ayat-ayat Al Quran yang memiliki hubungan maknawi dengan klausa-klausa atau kalimat. Berdasarkan konjungsi yang digunakan klausa ini bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yakni:
a)      Klausa yang diawali oleh konjungsi koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur yang sejajar. Berikut contoh konjungsi koordinatif yang diawali oleh konjungsi koordinatif dan : (2:40)  dan  penuhilah janjimu kepada-Ku

b)     Klausa yang Diawali oleh Konjungsi Subordinatif
Klausa yang diawali konjungsi subordinatif ini dapat ditemukan adanya klausa yang diawali oleh konjungsi subordinatif yang menyatakan:
1)      Klausa yang diawali oleh konjungsi yang menyatakan hubungan makna waktu.
Klausa ini ada yang menyatakan makna waktu berurutan dengan konjungsi seperti lalu, kemudian dan sebelum. Klausa yang diawali oleh konjungsi yang menyatakan hubungan waktu berurutan dapat dinyatakan sebagai berikut : (2:31-32) Kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat
2)      Klausa yang diawali kata pengandaian
Berikut ini klausa yang diawali oleh konjungsi yang menyatakan pertalian makna pengandaiaan. Konjungsi yang digunakan adalah seandainya.
(6:112) Seandainya tuhanmu menghendaki.
3)      Klausa yang diawali kata yang menyatakan pertalian makna sebab
Klausa yang diawali oleh konjungsi yang menyatakan pertalian makna sebab. Konjungsi yang dipakai pada klausa ini adalah konjungsi sebab, disebabkan, dan karena. Adapun contohnya adalah : (2:70) Karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami
4)      Klausa yang diawali kata yang menyatakan pertalian makna akibat
Klausa yang diawai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian makna akibat, biasanya konjungsi yang dipakai pada klausa ini adalah maka, oleh karena itu, hingga, sehingga. Contoh: (2:235) Maka takutlah kepada-nya.
5)      Klausa yang diawali konjungsi yang menyatakan makna kosesif
Pada klausa yang diawali oleh konjungsi yang menyatakan pertalian makna kosesif ini digunakan konjungsi padahal, sedang, dan sedangkan. Contoh klausanya: (2:44)   Padahal kamu membaca kitab suci.
6)      Klausa yang diawali konjungsi yang menyatakan makna tujuan
Pada klausa yang diawali konjungsi yang menyatakan pertalian makna konsesif ini digunakan konjungsi agar, supaya. Berikut ini adalah klausa yang dimaksud: (2:70) agar dia menerangkan kepada kami.
7)      Klausa yang diawali konjungsi yang menyatakan makna harapan.
Pada klausa yang diawali oleh konjungsi yang menyatakan pertalian makna kosesif ini menggunakan konjungsi mudah-mudahan. Berikut ini klausa-klausa yang dimaksud : (18:23-24) “Mudah-mudahan tuhanku akan memberikan petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada itu”.
8)      Klausa yang diawali konjungsi yang menyatakan makna penjelas
Pada klausa yang diawali oleh konjungsi yang menyatakan pertalian makna kosesif ini digunakan konjungsi bahwa. Berikut ini adalah contoh klausa yang digunakannya : (2;71) bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai utuk membajak tanah.
9)      Klausa yang diawali konjungsi yang menyatakan makna penegas
Klausa ini menyatakan hubungan makna penegas dari klausa yang ada didepannya. Klausa ini diawali oleh penggunaan kata demikian atau demikianlah. Berikut ini adalah contoh klausa yang digunakan : (6:108) Demikianlah kami perindah bagi setiap umat mereka.
(6:112) 1    “dan demikian itulah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh.
10)  Klausa yang diawali konjungsi yang menyatakan makna seakan-akan
Pada klausa yang diawali konjungsi yang menyatakan makna pertalian makna konsesif ini digunakan konjungsi seakan-akan. Berikut adalah contoh klausa yang digunakan : Contoh: (45: 7-8) Seakan-akan mereka tidak mendengarnya.
11)  Klausa yang diawali kata yang Menyatakan Pertalian Makna Perkecualian
Berikut ini klausa yang diawali oleh konjungsi yang menyatakan pertalian makna akibat. konjungsi yang dipakai ini adalah konjungsi ; kecuali. Berikut adalah contoh klausa yang digunakan :  (4;46)         Kecuali iman yang sangat tipis.
12)  Klausa yang diawali kata yang menyatakan pertalian makna sikap
Berikut ini klausa yang diawali konjungsi yang menyatakan pertalian makna akibat. Modalitasa yang dipakai pada klausa ini adalah hendaklah, tentulah, sebenarnya, sesungguhnya. Berikut adalah contoh klausa yang digunakan :  (4;46) Tentulah itu baik bagi mereka
13)  Klausa yang diawali kata yang menyatakan pertalian makna seruan
Berikut ini klausa yang diawali oleh kata yang menyatakan pertalian makna seruan. Adapun kata seruan yang dipakai pada klausa ini adalah konjungsi wahai, hai, dan ya tuhanku. Berikut adalah contoh klausa yag digunakaan : (46:150) Ya tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat engkau.
14)  Klausa yang diawali kata yang menyatakan pertalian makna larangan
Klausa di bawah ini dikelompokkan ke dalam klausa larangan dikatakan demikian karena klausa ini diawali dengan kata yang menyatakan pertalian makna larangan. Adapun kata yang menyatakan larangan adalah janganlah. Berikut ini adalah contoh klausa yang digunakan : (24:53) “Janganlah kamu bersumpah,           
15)  Klausa yang diawali kata yang menyatakan pertalian makna perbandingan
Pada teks terjemahan Al Quran yang mengandung etika berbahasa ditemukan klausa yang diawali oleh kata yang menyatakan pertalian makna perbandingan. Konjungsi yang dipakai adalah sebagaimana. Berikut adalah contoh klausa yang diunakan : (49;2-3)   Sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagia
3.      Klausa Berita
Klausa berita adalah klausa yang isinya memberitahukan kepada mitra tutur atau mitra bicara (dalam bahasa lisan) atau pembaca (dalam bahasa tulis). Klausa – klausa yang termasuk jenis klausa berita adalah klausa yang dibahas, baik klausa inti maupun non-inti. Dengan berberapa contoh : (2:71) “Musa berkata:
4.      Klausa Tanya
Klausa tanya adalah klausa yang isinya menanyakan sesuatu kepada mitra tutur atau mitra bicara (dalam bahasa lisan) atau pembaca (dalam bahasa tulis). Klausa ini secara tekstual ditandai oleh pemakaian kata tanya (interogatif). Jika dilihat variasi strukturnya, variasi struktur fungsional klausa tanya terdiri atas strukturtanya SP (5data), tanya SPK (!), tanya SPO (3), tanya SPPel (1), tanya PS (4),dan KSP (1). Klausa tanya adalah klausa yang diawali oleh kata tanya.Kata tanya yang ditemukan adalah kata apakah, bagaimana, mengapa, siapa.
5.      Klausa Perintah
Klausa perintah adalah klausa yang isinya memerintah kepada mitra tutur atau mitra bicara (dalam bahasa lisan)atau pembaca(dalam bahasa tulis). Penanda yang terdapat pada klausa perintah adalah penggunaan pokok kata kerja ditambah partikel -lah atau –kanlah. Klausa perintah ini kami kelompokkan menjadi dua, yaitu klausa perintah yang tidak diawali oleh konjungsi dan klausa perintah yang diawali oleh konjungsi. Contoh klausa perintah yang tidak diawali dengan konjungsi: (2:83) dirikanlah sholat
6.      Klausa Larangan
Klausa sejenis perintah adalah klausa larangan. Menurut Ramlan (dalam Markhamah, 1987:49) memasukkan kalimat larangan sebagai bagian dari kalimat suruh atau menyuruh. Menurutnya yang termasuk kalimat suruh adalah kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat persilahan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan. Klausa larangan ditandai oleh penggunaan kata yang menyatakan larangan,  yakni kata jangan atau janganlah.  Klausa larangan berpola negasi + SPK :(24: 11)  Janganlah kamu menganggap buruk bagi kamu
7.      Klausa Seruan
Penentuan klausa seruan bukan didasarkan pada isi, melainkan pada adanya penggunaan satuan lingual (kata, frasa) yang menyatakan seruan. Pada teks yang dianalisis satuan lingual yang sering dipakai untuk menyatakan seruan adalah hai… Unsur yang mengikuti seruan bisa kata atau frasa. Kata seruan hai yang diikuti kata misalnya, “Hai Rasul,…”. Adapun seruan yang diikuti oleh frasa di antaranya, “Hai orang-orang yang beriman…”.
8.      Klausa Aktif
Contoh klausa aktif  berpola SP (2: 31-32) mereka menjawab, (2: 235) Allah mengetahui.
9.      Klausa Pasif
Sejumlah verba yang menandai klausa pasif adalah diperintahkan, diwahyukan, diberi, ditunjuki, dinaikkan, diperintahkan, dikatakan, disuruh, diterangkan, dan dipersaksikan. Misalnya: (6: 152) Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu


Referensi:
Markhamah. 2010. Sintaksis 2 Keselarasan Fungsi, Kategori & Peran dalam Klausa. Surakarta: Muhammadiyah Univeversity Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar